Rabu, 17 November 2010

HUBUNGAN ORGANISASI SOSIAL DAN PRODUKSI PETERNAKAN GEMBALAAN DI AFRIKA TIMUR

ORGANISASI SOSIAL DAN PRODUKSI PETERNAKAN GEMBALAAN

Terdapat dua masalah produksi yang dihadapi penduduk padang rumput yang kering di Afrika. Pertama, penduduk harus tersebar sesuai dengan rendahnya kepadatan sumber daya secara keseluruhan dimaa kebutuhan akan ternak sesuai dengan biomasa tumbuh-tumbuhan dengan air sedekat mungkin. Kedua, penduduk juga harus siap untuk berpindah-pindah sehingga distribusinya berubah dari waktu ke waktu yang dalam suatu kelompok  akan mencapai suatu perbandingan yang efisien antara waktu yang dikeluarkan untuk mengeksploitasi sumberdaya dan waktu yang dikeluarkan untuk berpindah-pindah diantara tempat tersebut.

Apabila jumlah sumberdayanya tergolong sedikit maka kelompok yang berpindah-pindah sedikit juga ,begitu pula sebaliknya. Hal ini menimbulkan masalah pengawasan lalu lintas untuk memastikan bahwa setiap kelompok yang mencari tempat sumberdaya yang terbatas akan melakukannya dengan serukun mungkin karena persaungan yang keras hanya menghabiskan waktu yang seharusnya digunakan oleh tiap kelompok untuk mencari makanan ternak dan sumberdaya  dalam suatu daerah  luas yang lain. Masyarakat kemudian merespon kendala-kendala produksi diatas melalui pembentukan organisasi kelompok sosial pada penduduk peternakan gembalaan, yang berdasarkan pada struktur masyarakat itu sendiri.

ALOKASI SUMBERDAYA ALAM

            Secara khas masyarakat peternakan gembalaan di Afrika Timur terbagi dalam kelompok yang agak kecil jumlahnya dalam unit wilayah yang luas dan bersamaan dengan penduduk yang lebih banyak jumlahnya (± 10.000-20.000 jiwa). Setiap unit wilayah ini memberikan pengajaran tiap individu identitas sosial dan prinsip hak-hak atas sumberdaya alam untuk tiap wilayah dan biasnya wilayah tersebut dianggap sebagai kampong halaman kelompok yang bersangkutan. Orang luar yang akan menggunakan daerah tersebut hanya atas ijin kelompok dan mengikuti peraturan-peraturan pembatas.

Organisasi sosial ini menciptakan sub populasi yang dalam keadaan tertentu memudahkan rekolonisasi daerah yang penduduk lokalnya brkurang atau punah. Keadaan ini sekaligus mengatur arus lalu lintas diantara kelompok pencari makanan ternak.  Untuk jangka pendek, penduduk yang bersangkutan dapat memperoleh sumberdaya dengan menyebara sendiri dalam daerah yang dibagikan.

ALOKASI SUMBERDAYA HEWAN

            Seperti diketahui kelompok pencari makanan ternak harus menyesuaikan diri pada sumberdaya  yang ada apabila mereka tidak mau menghabiskan waktu terlalu banyak untuk mencari makanan ternak karena hanya akan menhabiskan tenaga yang seharusnya dapat digunakan untuk menghasilka produk hewan bagi konsumsi manusia. Kelompok ini terdiri dari sekumpulan kecil hewan dan penggembalaannya yang efektif untuk pengolahan hewan seperti menjahui predator, memberi minum, serta secara fisik menimbah air dari sumur.

            Ciri khas kelompok permanen tertentu dalam suatu masyarakat peternakan gembalaan terberntuk dalam ikatan kekerabatan suatu keluarga besar yang ditandai oleh kerja sama, keakraban dan gotong royong. Sementara unit sosial yang lebih luas secara tertorial didasarkan pada pemilikan sumberdaya alam, dan unit yang lebih kecil ini didasarkan pada hubungan darah serta berkaitan dengan pemilikan ternak. Karena suatu unit produksi merupakan suatu campuran kawanan hewan dan manusia maka terjadi ketergantungan untuk kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh manusia melakukan beberapa penyesuaian seimbang antra kapasitas tenaga keja keluarga (hewan dipelihara dan dimanfaatkan) dan makanan bagi kelompok hewan (untuk mempertahankan kelangsungan hidup ternak yang baru lahir). Dinamika bertambahnya jumlah hewan dan makin besarnya keluarga sangat erat hubungannya. Hal ini mendorong manusia untuk menambah ternaknya sesuai dengan jumlah istri dengan tujuan menhasilkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh ternak yang makin bertambah.

INTEGRASI SUMBERDAYA ALAM DAN HEWAN

            Unit tertorial dan keluarga, dua tulang punggung oragnisasi system produksi peternakan gembalaan Afrika, berinteraksi dengan unit ketiga, yang tergolong sedang dalam ukurannya dan tidak seperti lain-lainnya, berifat sementara. Hal ini terdiri dari dua atau tiga atau bahkan dua puluh atau tiga puluh kelompok keluarga/ternak. Frekuensi dengan mana masyarakat berkumpul kembali biasanya untuk beberapa minggu atau bulan.

            Kelompok tetangga memberikan keamanan lebih dari ancaman hewan atau manusia terhadap ternak atau orang. Untuk periode dimana mereka bersama-sama kelompok yang bertetangga mengakui adanya  beberapa kepentingan bersama, tetapi mereka berpisah karena kepentingan bersama terhadap pendapat individu pemilik peternaka dan pemanfaatan lingkungan dan kebebasannya bertindak atas dasar pendapat-pendapat tersebut.

            Tetapi manfaat keseluruhan untuk system produksi mungkin tergolong tinggi dalam hal meningkatnya pengawasan lalu lintas dan mendorong perilaku mencari pakan ternak, tanpa memaksakan kekakuan yang dapat merugikan penyesuaian kelompok terhadap fluktuasi lingkungan.

FLEKSIBILITAS ORGANISASI

            Padang penggembalaan Afrika sering dipengaruhi oleh gangguan lingkungan yang sangat tidak dapat diramalkan karena sifatnya yang multisiklus dalam keadaan yang paling baik. Flesibilitas organisasi peternakan gembalaan telah berkembang sebagai suatu respons yang disadari terhadap variabel ekologi dan teknis yang tidak dapat diramalkan.

Organisasi sosial system produksi peternakan gembalaan di Afrika.

 

 

Ukuran kelompok

Organisasi sosial

Macam kegiatan

10.000an

Masyarakat politik

Permanen, ideologis(jarang beroperasi sebagai unit konkret)

1.000an

Unit territorial

Permanen (alokasi sumberdaya alam )

100an

Kelompok lokal (lingkungan, didasarkan pada pertukaran informasi kunjung mengunjung dan beberapa kerjasama)

Tinggal sementara kemampuan meramal yang rendah (unit berpindah-pindah secara konstan )

10an

Unit produksi (otonomus, percya pada diri sendiridalam member makan dan mencarikan makanan ternak)

Permanen, dengan siklus pengembangan yang dapat diramalkan

 

            Pada organisasi tingkat atas, dapat diketahui anggota kelompok territorial beroperasi terutama diteritorialnya sendiri(betapa pun, jika orang dapat memperoleh khak eksploitasi mereka akan menggunakannya). Tetapi masyarakat gembalaan di Afrika timur mempunyai tata cara untuk membiarkan teritorialnya dipakai bukan anggota pada waktu diperlukan dan biasanya membenarkan tata cara ini secara eksplisit.

            Kebanyakan masyarakat peternakan gembalaan yang mempunyai suatu sifat sumberdaya jauh lebih menguntungkan (diAfrika timur, umumnya didaratan tinggi pada curah hujan yang lebih tinggi memberikan lebih banyak air). Pada tahun-tahun yang sulit ddapat digunakan sebagai tempat pengungsian atau cadangan sumberdaya, dan penduduk akan datang sehingg daerah ini menjadi padat tanpa menimbulkan banyak percekcokan dengan prioritas penggunaan.

            Pada tingkat organisasi terendah, keluarga dan ternaknya, fleksibilitas dapat menerima keadaan orang yang memiliki sedikit atau tidak memiliki ternak dapat diterima sebagai tanggungan oleh mereka yang menguasai sumber daya ternak, tetapi memiliki persediaan tenaga kerja yang terbatas. Mereka yang brgantung ini mempunyai sedikit atau tidak punya kesempatan untuk memiliki modal peternakan, tetapi mereka di tanggung dalam hal makanan, sesuai dengan imbalan tenaganya, seperti halnya anggota keluarga lainnya.

            Fleksibilitas pokok dalam system produksi peternakan gembalaan yang paling mengundang perhatian orang luar, selama bertahun-tahun adalah otonomi produsen individu. Kebebasan peternakan merupakan perpaduan antara keberuntungan dengan hakekat realita padang pengembalaan. Beberapa dapat bertahan hidup, tetapi memahami cara penggembalaan Afrika merupakan suatu strategi penduduk, untuk keberhasilan lambat-laun meskipun tidak selalu menjamin. Oleh karena itu, jaminan yang dapat secara realistic diberikan adalah jaminan untuk hidup, produsen merasa bebas melakukan yang terbaik dan dapat mereka kerjakan.

            System produksi peternakan gembalaan dimanapun menyadari bahwa persaingan kadang menjurus kepada kekerasan, dan keadaan itu diterima sebagai suatu yang terelakan. Meskipun ada kekurangan, persaingan memberikan keuntungan tertentu dalam jangka panjang. Sifat-sifat penduduk peternakan gembalaan di Afrika Timur secara budaya istimewa dapat mengidentifikasi suatu bentuk organisasi biasa yang kelihatannya ingin memperhatikan syarat-syarat kelangsungan hidup melalui produksi peternakan gambalaan. Unit terkecil yang didasarkan pada suatu keluarga atau beberapa keluarga kecil yang bekerjasama,  biasanya bervariasi dari 10 – 100 tergantung pada masalahnya dalam siklus pembangunan dan sumberdaya peternakannya. Unit produksi kecil ini berkombinasi dalam suatu kelompok lokal, atau lingkungan sebanyak 100 atau beberapa ratus tergantung pada sumberdaya alam dan ancaman pesaing.

            Setiap tingkat organisasi sosial nampaknya menunjukan dinamika dan mode operasional yang berbeda. Bersamaan dengan pembatasan territorial seluruh bidang yang dimiliki, unit terluas memberikan identitas politik menjamin keamanan seseorang, dan melindungi kekayaan, serta taat cara yang mantap dalam mengelolah sumberdaya peternakan penggembalaan. Meskipun penting pengaturan keseluruhan (suku, kelompok etnik, dan lain-lain) hanya diperlukan secara simbolis karena terlalu luas untuk dihimpun sebagai suatu kelompok yang bertindak bersama. Keadaan yang sama juga berlaku untuk tingkat organisasi yang lebih rendah searah territorial atau sub suku. Sebaliknya, dua organisasi yang tingkatnya lebih rerndah merupakan suasana interaksi sehari-hari di antara penduduk, sebagian besar memutuskan seberapa jauh mereka akan bertindak sebagai satu unit dan seberapa jauh tindakan secar terpisah yang diinginkan. Alasan ini, unit organisasi lokal merupakan gabungan sementara penduduk yang sepakat bertindak bersama, brfragmentasi, lalu terbentuk lagi bersamaan dengan perubahan pendapat.

            Tingkat organisasi terkecil bagaimana pun adalah permanen dan sesuai denang pengelolaan yang efisien untuk peternakan dan untuk perkembang bakan yang aman serta pertubuhan penduduk dalam keluarga. Unit besar organisasi, yang dipandang sebagai kelanjutan untuk jangka waktu yang tidak terbatas, manusia hidup dan mati, karena danya suatu siklus nyata dalam pembangunan unit-unit produksi yang dapat diramalkan dari pada pasang surut penduduk masuk dari keluarga kelompok lokal. Dalam konteks ruang, unit terkecil sekalipun dalam organisasi mungkin dipecah-pecahkan ke dalam beberapa fragmen pada waktu yang berbeda dlam setahun sesuai dengan kebutuhan ternak, kebutuhan penduduk, dan pola penyebaran rumput dari air.

 

KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

            Pada kelompok-kelompok lokal banyak pemimpin muncul karena pengalaman, pengetahuan yang mendalam, dan kekuasaan retoris. Individu-individu yang dihubungkan dengan tingkat atas organisasi ini biasanya menduduki posisi yang secara sosial diakui pangkatnya (yang secara individu atau secara bersama memegang jabatan). Sifat-sifat istimewa yang sungguh luar biasa, seperti kemampuan yang nyaris menyamai nabi, yang menunjukan keunggulan figure pada tingkat organisasi bagian atas, tetapi terasa tidak umum dan tidak selalu bisa menciptakan peranan kepemimpinan yang menyeluruh dan permanen.

            Otonomi pemilik ternak,dan rasionalitasnya berakibat pada pola kepemimpinan dan pengambilan keputusan dalam system produksi peternakan gembalaan. Organisasi yang fleksibel menuntut adanya kepemimpinan bersama seperti masyarakat peternakan gambalaan di afrika timur kelihatanya setuju dengan politik investasi rendah, yang mana situasi masalah dimungkinkan untuk meninggalkan pemimpinnya sendiri, sebagai orang yang berbicara atas nama satu consensus para produsen yang pada hakekatnya bebas.

            Keterbatasan pemimpin dalam urusan-urusan umum nampaknya merupakan satu bentuk lain fleksibilitas organisasi dalam masyarakat peternakan penggembalaan dan sesuatu yang tepat guna pada suatu yang sangat dinamis, situasi luar yang kurang dapat diramalkan dengan baik.

 

Pengembangan Peternakan Integratif Berbasis Kewilayahan

            Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan ”pembangun” dalam kehidupan ini. Selain itu, secara hipotetis, peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor peternakan.

            Pembangunan peternakan pada dasarnya urgen untuk dilakukan karena sub sektor ini memiliki peranan yang strategis. Peranan strategis ini setidaknya dapat dilihat pada 4 (empat) hal. Pertama, sub sektor ini diharapkan memperbaiki/meningkatkan konsumsi dan distribusi gizi (baca: protein) hewani. Kedua, untuk meningkatkan pendapatan petani/peternak yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat. Ketiga, sebagai efek pengganda (multiplier effect) dari peningkatan nilai dan volume serta nilai tambah, yaitu dalam bentuk kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ataupun pajak untuk negara. Dan yang keempat, bahwa menurut Delgado et. al. (1999) dewasa ini secara global sedang terjadi peningkatan konsumsi produk-produk peternakan yang justru terjadi di negara-negara sedang berkembang dimana peningkatan ini tidak diimbangi dengan produksi yang memadai sehingga impor merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini bisa juga diterapkan untuk peningkatan potensi peternakan gambalaan di Afrika Timur.

 

Rabu, 27 Januari 2010

lelah di sisi ku

ku hanya ingin kau tau apa yang ku mau..

ku berharap kau tempat ku tuk mencurahkan letihku..

meski terkadang ku butuh kau lebih dari sekedar cinta..

tapi tak pernah ku memaksamu tuk penuhi semua itu...

reff : apakah terlalu berat pintaku padamu..

apakah terlalu susah untukmu..

hingga tak satupun kau acuhkan..

jika seandainya begitu..

katakanlah ,,

jika kau lelah disisiku..